Sabtu, 21 Jun 2008

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

Baru-baru ini saya menghadiri seminar Mengenai Permasalahan Bidaah,dengan seorang penceramah jemputan.Saya tidak kisah apa yang dihuraikan dengan perbezaan pandangan mengenai definasi bidaah,amalan-amalan tradisi yang dilakukan samda bidaah atau tidak.Tapi gaya tutur dan bahasanya membayangkan sikap yang sangat tidak kena,kalaupun dengan alasan puak sana suka membidaahkan oarang lain apakah itu lesen untuk penceramah tersebut yang mengaku ASWJ tulin lagi ori melakukan perkara yang sama?sikap menghina,mengutuk dan memperlekeh membayangkan seolah beliau terlalu hebat dan suoerior pada abad ini.Apakah patut digelar Ibnu Qayyim sebagai kuli batak pada gurunya Ibnu Taimiyyah,sedangkan siapa yang bersatatus kuli batak sebenarnya?Ulamak-ulamak tersebut dah beratus tahun meninggalkan kita dengan khazanah yang bayak,malah penceramah tersebut juga dapat manfaat hasil jualan kitab-kitab yang ada sangkut paut.Saya sarankan penceramah ini selalulah bercermin dan lebih baik jika cerminya sebesar screen tv di dataran merdeka.hehhehe




Perlu dijelaskan Perundangan Islam di Malaysia,terutama dalam Undang-Undang Kiterangan sebahagian besarnya bersumber dari tokoh ini.Mudahan Allah ,merahmatinya.


al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
Rabu, 20 Oktober 04


Beliau adalah Imam, ‘Allamah, Muhaqqiq, Hafizh, Ushuli, Faqih, Ahli Nahwu, berotak cemerlang, bertinta emas dan banyak karyanya; Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak (QAYYIM) bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya

Bukanlah hal yang aneh jikalau Ibnul Qayyim tumbuh menjadi seorang yang dalam dan luas pengetahuan serta wawasannya, sebab beliau dibentuk pada zaman ketika ilmu sedang jaya dan para ulama pun masih hidup. Sesungguhnya beliau telah mendengar hadits dari asy-Syihab an-Nablisiy, al-Qadli Taqiyuddin bin Sulaiman, Abu Bakr bin Abdid Da’im, Isa al-Muth’im, Isma’il bin Maktum dan lain-lain.

Beliau belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H.
Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap USHULUDDIN mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai HADITS, makna hadits, pemahaman serta ISTINBATH-ISTINBATH rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu SULUK dan ilmu KALAM-nya Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Beliau memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan A’immatul Fiqhi (para imam fiqih).

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdo’a.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ah dan khurafat di tengah kaum Mu’minin.

Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Ta’ala:
“Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl:44).

Juga firman Allah Ta’ala,
“Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7).

Murid-Muridnya

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau –rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya –baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.”

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat Islam–Pent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala,
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” (Saba’:6).

Qotadah mengatakan, “Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah (tindak preventif) dan al-‘Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra.

Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Sirah (Riwayat Hidup) Dan Pujian Ulama Terhadap Beliau

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.”

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaan Al-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”

Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).’”

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.”

(Dan masih banyak lagi pujian ulama terhadap Ibnul Qayyim yang termuat dalam naskah asli berbahasa Arab, yang terjemahannya kini ada di hadapan pembaca, namun dalam hal pujian ulama terhadap beliau ini hanya diterjemahkan secukupnya saja, pent).

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang ‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.

Beberapa Karya Besar Beliau

1. Tahdzib Sunan Abi Daud,
2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin,
3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban,
4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,
5. Bada I’ul Fawa’id,
6. Amtsalul Qur’an,
7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan,
8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil,
9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an,
10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris,
11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain,
12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in,
13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ ila Rabbis Sama’
14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz,
15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad,
16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’
17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,.
18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah,
19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah,
20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul,
21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah,
22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin,
23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi,
24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud,
25. Miftah daris Sa’adah,
26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu’aththilah,
27. Raf’ul Yadain fish Shalah,
28. Nikahul Muharram,
29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah,
30. Fadl-lul Ilmi,
31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,
32. al-Kaba’ir,
33. Hukmu Tarikis Shalah,
34. Al-Kalimut Thayyib,
35. Al-Fathul Muqaddas,
36. At-Tuhfatul Makkiyyah,
37. Syarhul Asma il Husna,
38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,
39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim,
40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi,
41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Asy-Syaikh al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub az-Zar’i yang terkenal dengan julukan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah pada saat adzan ‘Isya’. Beliau dishalatkan keesokan harinya sesudah shalat Zhuhur di Masjid Jami’ Besar Dimasyq (al-Jami’ al-Umawi), kemudian dishalatkan pula di masjid Jami’ al-Jirah. Beliau dikuburkan di sebelah kuburan ibunya di tanah pekuburan al-Babus Shaghir. Kuburannya dikenal hingga hari ini.

Jenazahnya banyak dihadiri orang. Disaksikan oleh para Qadhi dan orang-orang shalih dari kalangan tertentu maupun awam. Orang-orang berjubel saling berebut memikul kerandanya. Saat wafat, beliau rahimahullah berumur genap enam puluh tahun.

Semoga Allah senantiasa memberikan keluasan rahmat-Nya kepada beliau.

Maraji’ (Rujukan)

1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir,
2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab wa Abdul Qadir al-Arna`uth,
3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’uf Sa’d,
4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imam asy-Syaukani,
5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad,
6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani,
7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali,
8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi,
9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi,
10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,
11. An-Nujum Az-Zahirah karya Ibn Ta’zi Bardiy.

Diterjemahkan dari:
Majalah al-Mujahid no. 12 Th. I, Rabi’uts Tsani 1410 H. Hal 30-33, tulisan Hudzaifah Muhammad al-Missri
Catatan:
Pada sub judul: Pujian Ulama, dan wafatnya; tidak diterjemahkan semua. Diterjemahkan oleh Ahmaz Faiz Asifuddin.

(Sumber: Majalah as-Sunnah, 06/I/ dengan sedikit perubahan

al-Sofwah.or.id.

Relak Jap

Jenis-jenis ketawa dengan bunyi sound effectnye...
1. Ketawa orang kaya :- HA HA HA HA HA!! [sambil perut boroi gegar gegar bergegar gegar..!]
2. Ketawa terbahak-bahak :- Hark hark hark [hark tuih..!, bnyk sgt gelak smpi terkluar kahak]
3. Ketawa kebaratan :- Heh heh heh heh [smbil mulut nyerong cam mr bean]
4. Ketawa sambil tutup mulut:- hhm hhm hmh hhm [smbil bahu goyang2 melawan impact]
5. Ketawa berdekah-dekah :- Kah kah kah kah [air liur bersembur2 kat skrin pc]
6. Ketawa pontianak :- Kih kih kih hieeeeee..hhieeeeee eeeeee... .! [terbang2 landing ateh tingkap]
7. Ketawa eksyen :- heh heh heh heh heh [sila bayangkan muke babun]
8. Gelak besar :- Muahhaaaaahaha *ketawa jin/* [anda nak poweerrrrr?? !!!]
9. Ketawa panjang :- Ha ha ha ha ha ha * ambil nafas* ha ha ha ha ha ha ha lagi skali ha ha ha ha ha x1000
10. Ketawa orang sakit :- Kih kih kih kih kih *khoh* kih kih kih kih *khoh khohkkk*
11. Ketawa maut :- Kih kih kih kih kih kih kih kih *kiok...Neno, neno, neno (Bunyi ambulan)
12. Ketawa bergolek-golek :- kakakikikukuk tedepek! [tgolek jatuh]
13. Ketawa jimat cermat :- ahakz
14. Ketawa tak ikhlas :- kah!
15. Ketawa dalam mabuk :- hik hik hik heeeeeeee hik hik
16. Ketawa ngada-ngada :- hek hek hek [rase nak lempang je haha!]
17. Ketawa sindir :- heheh [bygkan muka sardlin a.r]



Sajak Khas buatmu si A...iskkk iskkk iskkk



A,
Maaf kerana tidak dapat membantu mu
Di kala parang ayah mengurang
Di kala wajah ayah memerah
Di kala suaramu tersekat

A,
Maafkan sekali lagi
Bukan aku tidak mahu membantu
Bukan aku tidak sayu
Bukan...Bukan. ...Bukan. ..

A,
Tika ayah mengacu parangnya
Hatiku meruntun sayu
Melihat kau cuba lari bertempiaran
Bersama rakan-rakan
Untuk hidup sehari lagi

A,
Realitinya aku tidak mampu
Menghulurkan tangan untuk kau sambut
Supaya dapat ku bawa kau lari
Jauh dari parang ayah....

A,
Aku tidak mengerti
Mengapakah ayah terlalu benci akan dirimu?
Aku sudah tidak sanggup lagi melihat sandiwara ini
Aku hanya mampu menjadi pemerhati
Bersama seribu belas dihati
Bersama kasih yang tebal di nurani
Namun aku hanya seorang insan biasa

A,
Larilah kau
Jangan menyerah pada ayahku yang kejam itu

Ah A,
Tidak dapat aku gambarkan
Dikala parang ayah menetak lehermu
Air mataku mengalir menuruni pipi
Tak tertahan lagi...sedih. ..sayu...

Yeah...!
Seluruh isi keluargaku bersorak
Semua berpesta
Atas kematian mu...?

A...Ayamku.. .
Kematianmu, nyata amat pedih
Tetapi kau menjanjikan
santapan istimewa untuk kami
Ayam goreng bersambal!!!
Nyam...nyammm. ..Nyammm. .


Sumber-Emel.

Khamis, 19 Jun 2008

Tiada Tajuk

Salam,

Cara aku menulis kat blog,jenis tak tentu arah hehehe.Ikut mood dan suasana,kalau rasa nak tulis fiqh,aku tulis,kalau rasa nak tulis yang lain,aku akan tulis.Sebab tu main bersiri je tulisan cam cerita combat lah pulak.Harus aku akui tulisan tu bukan `versi ori` dari aku,sebab aku bukan ulamak fiqh,ulamak usul atau pun ulamak law,mujur juga bukan ular dalam semak.So tulisan tu dari bacaan,editan,tambahan dan rujukan seperti yang dinukilkan.

Pembaca diluar sana,maka perbetulkan mana yang silap nukil,tambahlah mana yang kurang,kritikla untuk kabaikan diri dan blog aku.Aku juga memohon maaf dan mengucapkan terima kasih jika dimana-mana bahagian artikel diblog ini,mungkin aku kutip di mana-mana penulisan yang pernah tersiar atau mana penulisan yang telah diterbitkan di luar atau dalam negara.Mudahan Allah berikan ganjaran kepada penulisnya.

Tulisan ini bukanlah bertujuan komersial,apatahlagi sengaja nak menunjuk-nunjuk,tapi terus terang aku katakan,dengan adanya tugasan di blog ini,usaha nak buka kitab-kitab yang telah berdebu dan berabuk semakin bertambah,malah kalau dulu,jeling pun tidak kat library atau kat almari dalam bilik,tapi dengan adanya komitmen nak menulis blog dan kemaskini,maka kerajinan tu bertambah.Tambahan pulak waktu minyak sedang naik ni,wajarlah aktiviti menghabiskan minyak diluar sana dikurangkan.

Pengharapan ,mudahan segala apa yang tersedia diblog ini,sedikit sebanyak dapat dimanfaatkan samada pada diri aku sendiri dan juga orang lain.

Rabu, 18 Jun 2008

Susur Galur Sumber Mazhab Syafie(8)

Manakala Susunan keutamaan Kitab-kitab hasil dari Imam Nawawi yang telah disusun dari segi kekuatan(berdasarkan masa penulisan) seperti berikut:

.1.Al-Tahqiq 2..Al-Majmuk Syarah al-Muhazzab(syarah bagi kitab al-Muhazzab Imam al-Syirazi) 3.Al-Tanqih 4.al-Raudat al-Tolibin(Ihtisar (ringkasan) bagi syarah al-Wajiz Imam al-Rafie.5. Minhaj al-Tolibin. 6.al-Fatawa. 7. Syarh Sahih Muslim 8.Tashih wa Tanbih 9.Al-Nukat.(lihat Mohamad Ibrahim Ahmad Ali al-Mazhab inda al-Syafieyah,1978 s.13).Pengarang Pensyarah Qismu al-Syariah Univ Ummu al-Qurra

Berbalik pada Kita Mnhaj al-Tolibin(MT).Kitab ini tak dapat dipisahkan antara kitab dengan pengarangnya,sangat sinonim.Dalam preamble Kitab Nihayah al-Muhtaj(dalam usaha belia perkenalkan kita MT ini,pengarangnya Imam al-Ramli menukilkan kata-kata berikut mengenai al-Nawawi dan Minhajnya;

`Ia adalah sebuah tulisan hasil karya beliau(al-Nawawi) yang amat tinggi nilainya dibidang ringkasan.Penghasilanya memang wajar direnjis dengan titisan airmata,itulah minhaj yang belum ada bandinganya.`

Seterusnya Imam al-Ramli menyatakan:
`Kandunganya penuh dnegan fakta-fakta ilmiah yang menkagumkan,corak penulisan yang kemas,susun atur ayat-ayatnya mat menarik.Ayat-ayatnya singkat tapi mengandungi pengertian yang luas,mendekatkan maksud yang jauh dengan ucapan yang padat.
(al-Ramli: Nihayah al-Muhtaj juz,Kaherah.1967)


Oleh yang demikian dapat dirumuskan MT ini mempunyai keistimewaan berdasarkan ciri-ciri berikut:


a) Merupakan kitab yang dapat memberi maklumat asas memahami mazhab(al-Syafie) menurut pendapat yang rojih dari Imam Mazhab dan fuqaha` nya.

b) Susunan kemas dengan bahasa yang menarik dan mudah difahami.

c.) Padat kandunganya dengan segala macam persoalan meliputi semua bab.

d) Menampakan pengarangnya seorang yang faqeh mempunyai pandangan yang luas dn penguasaan ilmu yang menyeluruh.

Kamasyhuran yang begitu hebat mendorong ulamak-ulamak lain berusaha mengali kekayaan isinya dengan berbagai gaya usaha seperti memberi huraian pada matanya,meringkaskanya,mengumpul istilah-istilahnya dan berbagai usaha yang lain.

Method penulisan Minhaj berbentuk ringkasan,iaitu ringkasan dari kitab al-muharar tulisan al-Rafie jelasnya kitab ini bukanlah karya sepenuhnya al-Nawawi tetapi merupakan ringkasan kitab asal(al-Muharar) dengan beberapa perubahan seperti menukar ganti perkataan ganjil yang kurang tepat maksud dengan perkataan yang lebih jitu dan jelas,memerhatikan kepada beberapa qaid yang pada asalnya tidak dapat didalam beberapa masalah,menjelaskan pertentangan antara dua qaul,dua wajah,dua aliran dan peringkat pertentangan dalam semua keadaan,memasukan beberapa masalah baru(tambahan ini dapat dilihat jika al-Nawawi menyebut `qultu` dan diakhir dengan wallah u a`lam) dan berbagai lagi perkara lain.

Keseluruhan kitab ini dimuatkan dalam 70 kitab mengandungi 51 bab,212 fasal,5 furu` dan satu masala tambahan.Di akhir tulisan pengantar kitab itu,al-Nawawi berdoa..antara lain disebut.~Saya memohon agar dimanfaatkan untuk diri saya dan kaum muslimin dan saya mengharapkan kerelaaNya bagi diri,orang yang saya kasihi serta kaum mukminin kesemuanya.

Akahirnya jadilah kitab ini melebihi kitab asalnya,mungkin juga kerana mustajabnya doa Imam Nawawi disamping beliau sememangnya dijadikan Allah seorang insan yang hebat dan istimewa(Lihat Dr Mat Saat Abd Rahman)

Selasa, 17 Jun 2008

Susur Galur Sumber Mazhab Syafie(7)

Tobaqat)Lapisan Mujtahid Mazhab al-Syaafieyah.

Tabaqat Lapisan(Thobaqat) Pertama:
Antara Lain-

1.Ibnu Rahawaih-Abu Ya`kob, al-Maruzi(161-238h).
2.Abu Thaur,Ibrahim Bin Khalid Ibn Abi al-Yamani.(240h).
3.Ibn Nasr al-Maruzi.(202-294h).
4.al-Tobari,Abu Jaafar,MUhammad ibn Jarir(224-310h)
5.Ibnu Khuzaimah,(223-331h)
6.Ibnu Munzir,(318h)

Tobaqat Kedua.
Antara lain;

1.al-Humaidi,Abu Bakar Abdullah ibnu Zubair ,(219)h
2.al_Buwaiti,(231h)
3.Harmalah,Abu Abdillah,Harmalah ibn yahya Ibnu badillah al-Misri,(166-243h).
4.al-Karabisi,(248h)
5.al-Rabi` al-Jizzi,(256h)
6.al-Za`farani,(260h)
7.al-Muzani,(175-264h)
8.al-Rabie,Abu Muahammad,al-rabie ibnu Sulaiman,(174-270h)
9.Ibnu Abi al-Jarud,Abu al-Walid,Musa Ibnu Abi al-Jarud,


Tobaqat ketiga,
Antara lain:

1.Ibnu Binti al-Syafie,cucu Imam Syafie.
2.al-Darimi,(200-280h)
3.al-Imam Abu al-Qasim,al-Anmaati,(288h)
4.Abu Jaafar al-Tirmizi,(200-295).
5.al-Busyanji,(2004-291h)
6.Abu Bakar al-farisi,(305h)
7.Ibnu Sarij,(248-306h).
8.Ibun Salamah,(308h).
9.al-Zabairi,(318h).
10.Ibnu Khairan,(320h)
11.al-Isthuhkri,(244-328h).
12.al-sairafi,(330h)
13.Ibnu al-Qas,(335h),
14.Ibnu Ishaq al-maruzi,(258-342h)
15.Ibnu Shibghi,(258-342h).
16.Abu Ali al-Tabari (350h)
17.Abu Hamid al-Maruruzi ((362h)
18.al-Qaffal al-kabir (356h)
19Abu Ali,Zahir Ibnu Ahmad al-Sarahksi.(389h)
20.Ibnu Qaffal al-Shasi.(400h)
Abu Hamed al-Isfiraeni.(406h)
21Abu Hatim al-Qazwani.(414h)
22.Abnu al-Mahamili.(415h)
23.al-Qaffal al-Syaghir alMaruzi.(417h)
25.Abu Ishaq al-Asfiraini.(418h)
26Abu Muhammad al-Juwaini.(438h).
27.al-Mawardi.(450h)
28,Abu Toyyib al-Tabari.(450h)
29/al-Qadhi Hussain.(462h)


Tobaqat al-Muqillin.

Antara lain:

1.Ibnu Syyar.(268h)
2.Ibnu Harbawaih.(319h)
3.Abu Bakr al-Naisaburi.(324h)
4.Abu Ahmad al-Jurjani.(365h)
5.Abul Hasan al-Marzaban.(366h)
6.Abu Bakr al-Tusi.(420h)
7.Abul Khalf al-Tabari.(470h)
8.Abu al-Hasan al-Sabuni.(?)
9.Abu al-Hasan al-Jarudi.
10.Al-Mahamili al-kabir.
11.Abu Bakr alMahmudi.

Cataan sedikit dari ribuan mujtahid mazhab.,Dr Muhamamd Hasan Hetu,al-Ijtihad wa al-Tobaqat Mujtahid al-Syafiiyah,Beirut.1988.


Minhaj al-Tolibin- satu nilaian.

Setelah kita huraikan satu persatu susur galur kitab-kitab rujukan diatas,maka kita dapat lihat dimana kedudukan kitab Minhaj al-Tolibin karya Agung Imam al-Nawawi.(Imam Yahya Bin Syaraf Bin Mira bin Hasan bin Husain bin Hizam bin Muhammad Bin Jum~ah,Mahyuddin Abu Zakariya al-Nawawi.al-Nawawi dinisbahkan kepada tempat kelahiran beliau di Nawa terletak didaerah Hauran Kota Damsyik Syria.Lahir pada tahun 631h.

Tokoh Mazhab abad ke 7 hujrah ini,adalah seorang yang faqih,mahir ilmu hadis,balaghah,Ilmu Thabaqat al-rijal dan Tasauf.Pada tahun 665h beliau dilantik sebagai pensayarh di Dar al-Hadis al-Asrafiyah.Kisah beliau dengan Malik Badr al-Din dan Malik al-Zahir,dengan keduanya beliau pernah menasihati secara bersurat,dan tulisanya ini dikumpulkan oleh anak muridnya.Pernah berhadapan dengan ancaman Raja ketika menyatakan sikapnya terhadap polisi pemerintah.

Beliau dijemput kerahmatullah pada 24 Rejab 676 H,pada usia 46 tahun.Di semadikan di kampungya sendiri.(Ibnu Subki,Tabaqat AlSyafieyah al-Kubra.)

Imam al-Nawawi mula mengarang kitab ketika usianya sekitar 30an,memang banyak kitab-kitab yang ditulis antaranya:

Berkaitan dengan adab al-Quran: al-Tibyan Fi Bayan Adab Hamalatul al-Quran.(ada terjemahan BM)

Hadis: al-Minhaj Fi Sarh Muslim/Riyadu al-Solihin Min Hadis al-Mursalin.

Usul Fiqh: Usul al-Dhawabit.

Qawaid al-Fiqhiyah: Khulasat al-Ahkam Fi al-Muhimmat al-Sunan Wa Qawaid al-Islam.

Fiqh: Banyak antarnya Minhaj al-Tolibiin.Ada kitab yang sempoat beliau habiskan dan ada kiotab yang hanya separuh sahaja sempat disempurnakan.

Kitab al-Minhaj ini adalah salah sebuah kitab yang mashur hasil tulisan beliau,dihasilkan dan diiktiraf sebagai sumber rujukan dalam mazhab.Susun atur nya:

(1)-Al-Umm-Imam al-Syafie (2)-Muhtasar al-Muzani(al-mabsut)-(3)-Nihayat al-Matlab-Al-Juwaini-(4) al-Basit,al-Wasit dan alwajiz-Imam alGhazali-(5)-al-Muharrar lil Imam al-Rafie-(6)Minhaj lil Imam al-Nawawi.

Isnin, 16 Jun 2008

Urf(adat resam) Sebagai Sumber Hukum (2)

Urf yang juga dikenali dengan adat resam telah ditakrifkan dengan ‘sesuatu yang telah menjadi kebiasaan oleh manusia dan mematuhinya dalam urusan kehidupan harian sehingga sebati dengan mereka dan menjadi suatu perkara yang lumrah, sama ada dari segi objeknya:`urf itu qawli (perkataan) atau amali,dari segi skopnya: am atau khas, dan dari segi keesahanya:sahih atau fasid.

Maka `urf qawli, seperti perkataan ‘al-Walad’ dimaksudkan kepada anak lelaki sahaja, kebiasaan ini telah menyalahi penggunaannya dari segi bahasa.[ Yusuf al-Qaradawi (Dr.), `Awamil al-Sa`ah wa al-Murunah fi al-Syariah al-Islamiyyah, Dar al- Sahwah, Cairo, 1985, h. 31].

`Urf amali pula, seperti berjual beli tanpa akad oleh pembeli dan penjual atau seorang sahaja yang berakad sementara seorang lagi tidak, ini dikenali dengan Bai’ bil-Mu`atah. Membahagikan mas kahwin kepada tunai dan tangguh (pada kebanyakan Negara Arab). Menghidangkan makanan kepada tetamu telah dianggap keizinan kepada tetamu mengambilnya. [ `Abd al-Karim Zaydan, al-Wajiz Fi Usul al- Fiqh, Baghdad,1987, h.252].

Oleh yang demikian maka `urf boleh terbentuk dari kebiasaan manusia di atas sesuatu yang terbit dari berbagai golongan awam mahupun golongan tertentu. Berlainan dengan Ijma` kerana ia hanya terbentuk dari persepakatan para ulama mujtahidin sahaja, sedangkan orang awam tidak punya peranan dalam pembentukan Ijma`. [ ‘Abd al-Wahhab Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh, Dar al- Qalam, Kuwait 1986, h.89].

`Urf am, ialah sesuatu adat resam yang dihayati oleh semua orang dari berbagai peringkat dan lapisan masyarakat di seluruh negeri, atau `urf itu menjadi am apabila ia telah tersebut dengan meluas pemakaiannya di seluruh negeri Islam. Contohnya lafaz ‘dabbah’ dipakai pada binatang-binatang berkaki empat sahaja tidak kepada manusia. Lafaz talak digunakan bagi merungkaikan ikatan perkahwinan.

`Urf khas, ialah sesuatu yang menjadi kebiasaan kepada setengah-setengah masyarakat atau negeri, atau di kalangan ahli-ahli profesional atau di kalangan golongan tertentu, seperti `urf ahli perniagaan, pertanian, ahli bahasa dan sebagainya. Lafaz-lafaz yang telah menjadi istilah di kalangan para ulama dan profesional.

`Urf sahih, ialah `urf yang tidak bercanggah dengan nas Syarak, tidak menghilangkan maslahah mu`tabarah, tidak membawa kepada mafsadah rajihah, tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib. Seperti kebiasaan melakukan akad tempahan (`aqad al-istina`). Adat menganggap pemberian yang diberi oleh peminang atau pengantin lelaki kepada pengantin perempuan seperti pakaian dan lain-lain sebagai hadiah tidak termasuk dalam mas kahwin. Telah menjadi adat di setengah negara Arab bahawa mas kahwin yang tertangguh tidak berhak dituntut melainkan setelah berlaku perceraian dengan talak atau mati.

`Urf fasid, ialah adat yang berlawanan dengan nas Syarak, atau menghalalkan yang haram atau membatalkan yang wajib atau mendatangkan kemudaratan atau menolak kemaslahatan, seperti adat berhutang dengan riba dari individu atau institusi kewangan, adat berjudi dan sebagainya. [`Abd al-Karim Zaydan, al-Wajiz Fi Usul al- Fiqh, Baghdad,1987, h. 253], [‘Abd al-Wahhab Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh, Dar al- Qalam, Kuwait 1986, h.89].